Zaman Purwa adalah masa lampau yang mengacu pada periode awal perkembangan suatu budaya atau masyarakat. Dalam konteks kebudayaan Indonesia, zaman Purwa merujuk pada masa-masa kuno di mana tradisi dan warisan budaya yang khas mulai terbentuk dan berkembang. Salah satu contoh penting dari warisan budaya zaman Purwa yang masih eksis dan memiliki peranan besar dalam melestarikan tradisi adalah seni pertunjukan wayang.
Wayang adalah sebuah seni pertunjukan tradisional yang menggambarkan berbagai kisah epik dan ajaran moral melalui boneka-boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu. Pertunjukan wayang ini biasanya diselenggarakan dalam bentuk drama yang diperankan oleh boneka-boneka tersebut, dan dalang adalah sosok yang menggerakkan boneka-boneka tersebut sambil mengisahkan cerita.
Wayang purwa atau wayang kulit purwa, khususnya yang berasal dari Ponorogo, merupakan salah satu bentuk seni wayang yang sangat bersejarah dan memiliki akar budaya yang dalam. Nama "purwa" dalam konteks ini merujuk pada permulaan atau awal dari pembuatan wayang, di mana gambar-gambar bayang-bayang pertama kali digambar tanpa memiliki wujud fisik yang jelas. Wayang purwa menjadi simbol dari penghubung antara manusia dengan para leluhur dan pendahulu mereka, sebuah bentuk pengajaran yang dipercayai memiliki makna mendalam.
Sejarah wayang purwa dapat ditelusuri hingga masa Hindu-Buddha, di mana kebudayaan dan ajaran-ajaran agama memainkan peran penting dalam perkembangannya. Menurut Kitab Centini, Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang/Kediri diyakini sebagai pencipta pertama seni wayang ini, menggunakan daun lontar sebagai medium untuk menggambarkan kisah-kisah yang penuh makna.
Wayang kulit purwa memiliki beragam gaya atau gagrak, masing-masing mewakili identitas dan ciri khas dari daerah atau kerajaan tertentu. Gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogjakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan lain-lain adalah beberapa contoh dari variasi gaya dalam seni wayang kulit purwa.
Salah satu ciri khas utama dari wayang purwa adalah ceritanya yang diambil dari kitab suci dan epik klasik seperti Ramayana dan Mahabharata, yang berasal dari India. Wayang purwa menjadi media untuk mengajarkan nilai-nilai moral, ajaran agama, dan kisah-kisah heroik kepada masyarakat, selain menjadi hiburan yang mendalam dan berharga.
Penting untuk diingat bahwa wayang kulit purwa telah diakui oleh UNESCO sebagai "Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity," menggarisbawahi pentingnya warisan budaya ini dalam panorama kebudayaan dunia.
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, peran kita sebagai generasi muda sangatlah penting dalam melestarikan kebudayaan Indonesia, termasuk warisan zaman Purwa seperti seni wayang. Wayang bukanlah sekadar hiburan tradisional, tetapi sebuah karya seni yang memiliki makna mendalam dan menjadi cermin dari sejarah dan nilai-nilai budaya kita. Melalui mempelajari, menjaga, dan menghargai warisan budaya seperti wayang purwa, kita turut berperan dalam menjaga identitas dan kekayaan budaya Indonesia agar tetap hidup dan diteruskan kepada generasi mendatang.