Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, mengungkapkan bahwa ketinggian air di beberapa wilayah mencapai 8 meter, sebuah angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan banjir besar pada tahun 2016 dan 2020. Banjir ini telah melumpuhkan aktivitas warga, merendam ribuan rumah, dan membuat akses jalan utama serta kantor pemerintahan terendam air.
Banjir terjadi akibat curah hujan tinggi yang mengguyur sejak kemarin sore, ditambah dengan luapan Sungai Kali Bekasi yang menerima limpahan air dari Kali Cikeas dan Kali Cileungsi. Sebagian tanggul yang belum selesai dibangun memperburuk situasi, membuat air dengan cepat meluas ke pemukiman warga dan fasilitas umum.
Kronologi Bencana: Dari Hujan Deras hingga Kota Lumpuh
Banjir mulai terlihat sejak Senin malam, dengan beberapa daerah mengalami kenaikan air yang cepat. Pada Selasa pagi (4/3/2025), situasi semakin memburuk dengan air yang melimpas ke jalan arteri dan memasuki kantor pemerintahan Kota Bekasi. Hingga siang hari, delapan kecamatan dinyatakan lumpuh total akibat genangan air yang tinggi. Warga yang terdampak harus bertahan di lantai dua rumah mereka, sementara beberapa lainnya memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.
BPBD Kota Bekasi melaporkan terdapat 20 titik banjir di 7 kecamatan, dengan ketinggian air yang bervariasi antara 1 hingga 8 meter. Bekasi Utara dan Bekasi Timur menjadi dua wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak. Hingga saat ini, tercatat 360 jiwa mengungsi di Mushola Jumiatur Khoir, Teluk Pucung, dan 400 jiwa lainnya mengungsi di rumah warga di Bekasi Timur.
Dampak Banjir terhadap Masyarakat dan Infrastruktur
Banjir di Kota Bekasi kali ini berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Berikut beberapa dampak yang paling dirasakan:
1. Transportasi dan Akses Jalan Terputus
Banjir menyebabkan banyak ruas jalan utama tidak bisa dilalui, termasuk Jalan Raya Ahmad Yani dan Jalan KH. Noer Ali. Kendaraan terpaksa berhenti atau berbalik arah akibat genangan air yang terlalu tinggi. Beberapa angkutan umum juga tidak dapat beroperasi, membuat mobilitas warga semakin terhambat.
2. Pemukiman Warga Terendam
Ribuan rumah di delapan kecamatan mengalami kerusakan akibat banjir. Banyak warga kehilangan barang berharga, perabotan rumah tangga rusak, dan sebagian rumah mengalami kerusakan struktural akibat derasnya arus air.
3. Listrik dan Air Bersih Terganggu
PLN memutus aliran listrik di beberapa wilayah terdampak untuk menghindari risiko sengatan listrik. Hal ini menambah kesulitan warga, terutama yang masih bertahan di rumah. Selain itu, pasokan air bersih juga terganggu, memaksa warga untuk mencari sumber air alternatif atau mengandalkan bantuan dari pemerintah dan relawan.
4. Aktivitas Ekonomi Terhenti
Banjir yang melumpuhkan Kota Bekasi turut berdampak pada sektor ekonomi. Banyak pasar dan pusat perbelanjaan terpaksa tutup, sementara pedagang kaki lima kehilangan mata pencaharian karena lokasi usaha mereka terendam air.
Upaya Pemerintah dan Evakuasi Warga
Dalam menghadapi bencana ini, pemerintah Kota Bekasi bersama Kemenko PMK, BNPB, Basarnas, BMKG, serta BPBD Jawa Barat, Bogor, dan Banten segera melakukan koordinasi. Berikut beberapa langkah yang telah diambil:
Evakuasi Warga: Tim penyelamat dikerahkan untuk membantu warga yang terjebak di rumah mereka. Sampai saat ini, belum ada laporan korban jiwa, namun proses evakuasi masih berlangsung untuk memastikan keselamatan seluruh warga.
Pendirian Posko Pengungsian: Sejumlah posko darurat didirikan di berbagai titik aman untuk menampung warga yang terdampak. Bantuan berupa makanan, air bersih, dan perlengkapan tidur telah mulai didistribusikan.
Penanganan Infrastruktur: Pemerintah daerah berupaya mempercepat perbaikan tanggul yang rusak serta membersihkan jalur drainase untuk mempercepat surutnya air.
Penyebab Utama Banjir: Faktor Alam dan Manusia
Banjir besar di Kota Bekasi ini bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga oleh beberapa faktor lainnya:
1. Kerusakan Lingkungan dan Alih Fungsi Lahan
Pesatnya urbanisasi di Bekasi membuat banyak lahan hijau berubah menjadi kawasan pemukiman dan industri. Hal ini menyebabkan daya serap air tanah menurun drastis, sehingga air hujan langsung mengalir ke sungai dan mempercepat terjadinya banjir.
2. Sistem Drainase yang Tidak Optimal
Saluran drainase di beberapa wilayah tidak mampu menampung volume air yang besar. Banyak saluran yang tersumbat oleh sampah, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar.
3. Luapan Sungai dan Konstruksi Tanggul yang Belum Selesai
Banjir di Kota Bekasi semakin parah karena luapan Sungai Kali Bekasi. Pembangunan tanggul yang belum selesai menyebabkan air meluap dengan cepat ke pemukiman sekitar.
Langkah Preventif ke Depan
Untuk mencegah banjir besar seperti ini terjadi lagi di masa depan, beberapa langkah berikut perlu segera dilakukan:
- Peningkatan Infrastruktur: Pembangunan tanggul dan perbaikan drainase harus diprioritaskan agar dapat menahan debit air yang tinggi.
- Revitalisasi Sungai: Perlu dilakukan pengerukan dan pelebaran sungai untuk mengurangi risiko meluapnya air.
- Pengelolaan Sampah yang Lebih Baik: Masyarakat harus lebih sadar dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama dalam membuang sampah agar tidak menyumbat saluran air.
- Penghijauan Kota: Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menanam lebih banyak pohon dan menciptakan ruang terbuka hijau sebagai area resapan air.
Banjir yang melanda Kota Bekasi kali ini menjadi salah satu yang terparah dalam sejarah. Delapan kecamatan lumpuh, ribuan rumah terendam, dan aktivitas masyarakat terganggu. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani dampak bencana ini, diperlukan strategi jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, diharapkan Kota Bekasi dapat menjadi lebih tangguh dalam menghadapi bencana banjir di masa mendatang.